"Dia mencintaimu Az,..
barusan dia memintaku mengatakan ini padamu, bagaimana?"
Dua gadis berjilbab putih mengadiliku,
tidak, bukan mengadili tapi menyampaikan satu hal yang sangat penting, Rahasia tepatnya.
Seorang
dari mereka sangat antusias menyampaikan 'berita besar' nya, sesekali
matanya melotot mengisyaratkan kesungguhan terkadang pula bibirnya
menyunggingkan senyum menggodaku kemudian melanjutkan laporannya,namanya
Nurul.
Dan satu orang lagi hanya mengangguk membenarkan dan
sesekali berdiri berjaga jaga, memastikan tak ada seorangpun kecuali
kami bertiga yang berada ditempat ini, itu Shofia
Dua gadis ini
sama sekali tidak sadar bahwa aku yang tertunduk dihadapan mereka kini
telah lemas dan tak lagi sanggup berkata kata, yang kurasakan adalah
duniaku sebentar lagi akan kiamat ditangan 2 sahabat dan seorang pemuda
yang dengan berani mengungkapkan perasaannya kepadaku
"hey! ngomong dong! dia nunggu tuh.." suara kembali terdengar setelah hening beberapa saat, kali ini shofia angkat bicara.
"astagfirullahaladziim..." desahan pelan dan agak dipaksakan adalah suara pertama yang keluar dari bibirku.
Aku Azkiya, santri putri kelas 5 di Pondok pesantren Al mukminun,
sejujurnya aku merasa risih dengan gelar,julukan dan penilaian orang terhadap diriku,
mereka bilang aku gadis yang salihah, cantik, cerdas,taat dan hafidzah yang mengkhatamkan hafalan alquran ditahun kelima aku menjadi santri.
ah,
jika saja mereka tahu, aku hanyalah hamba Allah yang kerdil dan tak
sempurna bahkan memiliki segudang kekurangan dan aib diri,sangat jauh
dari penilaian mereka, berulang kali kuminta agar mereka tidak melebih
lebihkan tapi tetap saja mereka menikmatinya sampai aku tak dapat lagi
memohon, kalau begitu biarlah ucapan orang orang itu kujadikan motivasi
untuk lebih baik.
memang benar tak ada manusia yang sempurna, begitupun denganku,
jika menurut mereka aku punya banyak kelebihan maka aku pun memiliki banyak kekurangan,
Dan
mungkin salah satu kekurangan milikku adalah perasaan yang sulit aku
kontrol, aku gadis ceria namun jika sedang sedih sama sekali tak ada
yang percaya kalau aku bisa tertawa, pun kalau sedang marah tak ada yang
percaya kalau aku baik hati dan memiliki banyak teman, dan tentunya
jika sedang bahagia tak ada yang tahu bahwa aku pun sering menangis.
perlahan mataku basah oleh bulir bulir hangat yang kini telah menitik pada kacamata minusku.
"Azky..
aku mengerti perasaanmu, maafkan aku jika aku mengatakan ini padamu,
tapi aku hanya menunaikan amanah az.. sungguh menyampaikan ini pun berat
bagiku, tapi kamu jangan nangis dong.. arjuuk..!" obrolan yang sejak tadi tegang kini mulai hangat dari hati ke hati.
"Bagaimana aku tidak menangis rul, aku merasa gagal menjaga diriku,
kamu
sendiri tahu belakangan ini ada berapa orang yang menyatakan hal yang
sama padaku, aku merasa gagal rul! aku yang telah bersusah payah menjaga
diri, menjaga izzah dan iffah ku sebagai muslimah ternyata
tetap saja bisa menyita perhatian para rojul itu, aku malu rul, kenapa
harus aku? kenapa tidak mereka saja yang tiap hari dandan dengan bedak
tebal lalu berdiri disamping tabir dan masang senyum aneh itu?"
serempak 2 sahabatku terbahak mendengar ucapanku yang terakhir itu.
"aku
tau ky..tapi ini beda, jika orang orang sebelumnya hanya menyatakan
tanpa menunggu jawaban darimu, dia beda ky, dia menunggu, dia serius"
"keseriusannya itulah yang membuatku ragu!
sebaiknya kau katakan padanya untuk banyak beristighfar sebab dia sedang diganggu setan!
aku
tahu dia faham betul bahwa tindakan ini adalah sebuah
kesalahan,menjalin hubungan yang tidak halal itu Dosa! dia tau itu
Nurul!
tidak! itu jawabanku!"
aku mulai panas.
"Azkiya,ini tidak seperti yang kamu fikirkan..
dia menyatakan ini padamu bukan karena mengajakmu berbuat dosa dengan 'pacaran',tidak!
dia
juga tidak mau itu az, yang dia inginkan adalah kamu mau menunggunya
sampai ia datang kembali dan meminangmu, dia serius azky.."kulihat
senyum Nurul yang entah apa artinya.
"jika dia serius kenapa tidak menikahiku sekarang saja?", aku benar benar geram kini
kedua sahabatku terkejut begitupun denganku yang tak menyangka akan mengucapkan kalimat itu.
"Banyak
hal yang dapat berubah dimasa depan rul, khususnya hati yang sangat
mudah berbolak balik, mungkin saja saat ini dia serius, tapi besok siapa
yang tahu.
bagaimana mungkin aku menerima sementara aku tak
memiliki rasa terhadapnya,bagaimana mungkin rasa itu tumbuh jika aku tak
mengenalnya?
dan kurasa saat ini sosoknya membentuk kebencian dimataku"
"yah..seperti
yang kamu bilang az, perasaan mudah berubah, siapa yang tahu jika besok
rasa bencimu berubah jadi cinta? hati hati az..jangan secepat itu
menilai baik buruknya kak Syafiq! kau belum tahu dia az!"
@@@
Entah keberapa kalinya bayang-bayang kejadian itu kembali menari nari di benakku.
Bayang-bayang masa lalu yang berhasil mengaduk perasaanku tiap kali mengingatnya.
terkadang
airmata menemani putaran sketsa pandanganku, kadang pula senyum
menggantinya, bahkan terkadang senyum dan airmata berkolaborasi pada
wajahku yang berhasil membuatku merasa menjadi orang yang tidak
waras.biarlah!
Kuingat setelah Nurul dan Sofia menyampaikan hal itu aku bagai jiwa yang terapung pasrah diseret gelombang ombak pantai,
Pagi hari saat aku terbangun dan harusnya berharap kejadian kemarin hanya mimpi justru kudapati diriku yang tiada lagi berdaya,
Aku jatuh sakit!
Ya, untuk pertama kali aku dibuat sakit seseorang yang mengusik jiwaku.
Setahun
sudah kejadian itu berlalu, waktu benar benar tak terasa, seperti baru
kemarin aku menangis dihadapan Nurul dan Sofia ditempat ini ternyata
kini telah menjadi masa lalu.
Banyak perubahan yang terjadi selama setahun ini,
disini, ditempat ini, di pesantren ini.
Kami baru saja menyelesaikan ujian akhir ma'had dan sebentar lagi kelulusan akan diumumkan.
Nurul kini tak lagi bersama kami, dia telah lebih dulu meninggalkan perjuangan kami bersama menuju perjuangan hidupnya sendiri.
Rerumputan
tempat favorit kami bercengkrama dan berbagi rasa dahulu kini telah
berubah menjadi bangunan tinggi,meski belum selesai sepenuhnya tapi
sudah cukup membuat semua yang telah kami rajut disana hanya tinggal
kenangan dibenak kami masing masing.
ya,disinilah..untuk pertama
kalinya melalui Shofia dan Nurul,ada seseorang yang mampu melemaskan
sendiku dan melunglaikan tangan dan kakiku,
dia bernama Syafiq.
Syafiq yang kini telah pergi, tepat setelah wisuda pelepasan santri, beberapa waktu setelah ia mengungkapkan rasa padaku.
samar samar wajahnya membayangi benakku.
Samar.
Tidak,
selama ini aku hanya menerka nerka seperti apa wajahnya sebab aku tak
pernah melihatnya secara langsung, aku tak berani dan aku tak suka itu.
ah.. berat kuhembuskan nafasku.
Jika setahun yang lalu ditempat ini aku menangis karena marah dan benci pada sosok yang berani datang padaku.
kini untuk kesekian kalinya aku berdiri disini dan membiarkan memori itu berkelebat membanjiri pandanganku.
Aku menangis,
Entah karena sebab apa aku merasa ada yang hilang setelah kepergiannya.
Aku
akui, aku membencinya, membenci sikapnya yang seperti orang awam,
membencinya sebelum memberi kesempatan dia mengenalkan diri padaku.
Tapi itu dulu,
sebelum semuanya berubah..
perlahan kebencian itu layu sebelum berkembang diluar kesadaranku,
kebencian itu berubah menjadi rasa yang akupun tak mengerti,
tak dapat kucegah sebab aku sendiri tak tahu kapan dan bagaimana dia bisa berubah,
semuanya
terjadi begitu saja, yang aku tahu tiap kali aku berdiri ditempat ini,
kurasakan gejolak dahsyat, seperti peperangan sengit antara rasa sakit,
takut, penyesalan,kehilangan,kebencian dan ah.. mungkinkah rindu dan
cinta?
Kembali terngiang ucapan Nurul padaku dahulu saat kukatakan tentang perasaan yang mudah berubah,
mungkinkah kini perasaanku terhadapnya berubah dari benci menjadi cinta?
ah aku tak ingin terlalu cepat menyimpulkan.
"hati hati az...jangan terlalu cepat menilai baik buruknya kak syafiq!"
Ya Allah Nurul.. kali ini aku benar benar merindukan sahabatku itu, sahabat yang padanya kucurahkan semua isi hatiku.
ah... salahkah aku selama ini membenci dia yang salahnya pun aku tak tahu kini?
salahkah aku membencinya hingga tuhan merubahnya menjadi sesuatu yang kini tak lagi dapat kubahasakan?
inikah cinta?
adakah aku mencintainya?
Cinta yang datang dari kedalaman hati
yang disinari cahaya Ilahi
dalam cinta ada kerinduan,
dalam rindu ada harapan...
kembali pertanyaan itu menari nari dipelupuk mataku,
berbulan bulan aku terbelit dalam dilema menyimpulkan apa sebenarnya yang terjadi dalam hatiku.
Namun kini pertanyaan itu terjawab sudah,
ya.. ini cinta,
rasa sedih tiap kali menyadari bahwa dirinya tak lagi disini, itu adalah rindu!
Aku malu mengakuinya, meskipun hanya kuakui dalam diam dan hanya Dia yang tahu.
Air mata kembali menitik.
Tapi...
Jika hatiku bisa berubah apakah itu berarti hatinya pun berubah kini?
Takut menyergapku
Astaghfirullah..
"kak.. sudah siap?"
seseorang menepuk bahuku, menyadarkanku akan sebuah kenyataan hidup yang harus tetap kujalani.
Aku mengangguk pelan dan mengikuti langkahnya,
aliran hangat dipipiku kubiarkan menempuh jalannya.
Kutatap sekelilingku berpasang pasang mata basah menatapku haru.
Ya,
ini adalah kali terakhir aku menginjakkan kaki di pondok ini sebelum
akhirnya aku datang kembali menghadiri sebuah prosesi sakral dan aku
tokoh utamanya.
Aku harus meniggalkan asrama dan mendekam dalam rumah hingga kemudian aku keluar dan menjadi ratu sejagad sehari.
Benar, aku akan dinikahkan.
Dijodohkan tepatnya.
Dua
bulan lagi orang yang sama sekali tak kuketahui siapa akan datang dan
hanya dengan melafadzkan ijab qabul saja maka aku akan menjadi istrinya.
Tak sanggup kubayangkan karena memang aku tak ingin membayangkannya.
Isak tangis semakin memperburuk suasana sore ini,
Satu persatu sahabat, adik-adik dan kakak-kakak meraih tanganku dan kubalas dengan dekapan erat,
melihat mereka semua menangis aku tersadar bahwa ternyata selama ini mereka menyayangiku.
Tak ada yang mampu tertawa kali ini,
semuanya hanyut dalam sebuah alunan kesedihan yang diiringi isak dan airmata.
pandanganku tertuju pada sosok mungil yang sesenggukan dihadapanku,
tubuh kurusnya berguncang terbawa perasaan,
jilbabnya yang berantakan basah oleh airmata yang entah sejak kapan mengalir.
"Rizqa.." kupanggil namanya
Anak yatim yang datang ke pesantrenku hanya membawa diri dan pakaian yang dikenakannya.
Dia sangat menyayangiku,
masih
teringat jelas bagaimana ia dahulu mengatakan padaku bahwa baginya aku
adalah malaikat penolong yang datang mencurahkan kasih padanya disaat
yang lain bahkan untuk menatapnyapun enggan.
isakannya kini menjadi tangis yang pecah, namun tetap menunduk tak sanggup menatapku.
"kak Azky jangan pergi, tak ada lagi orang yang baik hati padaku disini selain kakak"
Aku lemas
ah Rizqa.. andai kau tahu betapa beratnya diriku menghadapi semua ini dik..
Bangunan ini menjadi saksi rasa sakit yang kupendam saat ini,
jangankan meninggalkanmu, mengangkat kaki melangkah dari tempat ini pun rasanya sulit sekali dik,
Bathinku.
"rizqa sayang, doakan kakak yah,kakak sayang kamu".Kudekap dia dan kuhapus airmatanya lalu kemudian aku benar benar pergi,
meninggalkan rizqa,
meninggalkan mereka yang masih mengisak,
meninggalkan kenangan yang bertahun tahun menghiasi hidupku silih berganti antara tangis dan bahagia,
meninggalkan mimpi dan harapan yang telah kubangun,yang kini hancur berkeping dalam sekejap,
dan meninggalkan bayang bayang masa lalu yang baru saja terjawab.
Akankah cerita hidupku berjalan seperti ini?
Haruskah cinta yang telah tumbuh ini kukubur dalam untuk mencintai yang lain?
ah.. mengapa jadi begini?
sanggupkah aku?
atau mungkin ini adalah ujian cinta?
ataukah
cinta yang berawal dari petaka dan berakhir derita?
ah cinta..
kulantunkan sebuah ungkapan yang kubaca dari buku mbak Asma nadia
"mengapa harus kata jatuh yang berada didepan kata cinta?
apakah cinta memang selalu identik dengan musibah dan malapetaka?
mengapa harus kata mati yang berada dibelakang kata cinta?
apakah cinta memang selalu menghadirkan segumpal lara dan setetes air mata?
sejumlah kisah,
sejumlah peristiwa
lahir dan tumbuh bersama cinta.
tak jarang pula terdapat luka di setiap akhir cerita,
ya, luka yang teramat pedih.
luka yang berakhir dengan tangisan pilu dan kesedihan abadi"
akankah kisah cintaku berakhir seperti ini?
kisah yang telah setahun terajut dalam diamku, akankah benar benar hanya menjadi sebuah memori yang bungkam?
ataukah akan kembali indah pada waktunya seperti Dia yang Maha indah menghembuskan rasa indah ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar