Minggu, 23 September 2012

Kidung Rindu 3 (Syafiq Version)

Cinta tanpa pengharapan, adakah?





Gadis itu begitu anggun, hatiku berdecak kagum saat menatapnya, entah apa yang kurasakan namun sesuatu yang sejuk merambah ruang-ruang di hatiku saat kutatap wajahnya dari kejauhan,
Gadis itu begitu indah, memaksaku bibirku terus bertasbih memuji Allah yang menciptakan makhluk indah sepertinya, keindahannya terpancar, ia bersinar bagai purnama yang tersenyum,
hei, dia memandang ke arahku, ya benar dia sedang melihatku, seketika aku mengalihkan pandangan, ah.. malu rasanya gadis itu memergokiku sedang mengikuti geraknya,  kembali aku melirik ke arahnya, subhanallah.. dia sedang tersenyum, dia tersenyum ke arahku, tidak salah? kucoba untuk membalas senyumnya namun sebuah tangan terkibas di depan wajahku,



"hoy! liat apa ente ampe senyam senyum gitu?"
Ah Azmi mengganggu saja, gumamku..

Oiya, Aku Syafiq, Syafiq Khairul Umam, Santri pondok pesantren Al-Mu'minun, aku kini telah duduk di kelas tertinggi pondok ini, ya sebentar lagi kami akan Wisuda kelulusan, saat dimana semua peluh,airmata dan kerja keras terbayar sekaligus,
sejujurnya aku begitu menantikan saat itu, saat dimana kami akan menerima syahadah dengan nilai-nilai terbaik yang tertera didalamnya, saat dimana kami buat orangtua kami meneteskan airmata kebahagiaan bangga melihat kami yang telah berhasil menuai ilmu dan siap membina ummat kemudian.
Namun, tetap saja rasa sedih tak pernah mampu beranjak, kelulusan berarti perpisahan, perpisahan pada pondok, perpisahan pada guru-guru, perpisahan pada sahabat, dan perpisahan pada seorang yang kini sedang menghuni hati dan fikiranku, Azkiya.

Kembali bayang-bayang masa lalu saat pertama kali aku melihat sosok Azkiya membanjiri pandanganku,
"ah ga ada apa-apa kok, cuma lagi ingat kejadian lucu aja dirumah" jawabku sekenanya pada Azmi yang kini sedang sibuk pada sesuatu yang lain, kulihat dia sedang berbicara pada seseorang di kejauhan sana, dengan isyarat yang tampaknya hanya dimengerti oleh mereka berdua saja, sesekali kulihat Azmi mengangguk,kemudian pergi menghampiri lawan bicaranya,aku masih bisa melihat mereka menyudut ke pojok kelas, jantungku berdegup kencang,melihat gadis yang ditemui Azmi,gadis itu, ya gadis yang sejak tadi kuamati, ternyata memang sedari tadi ia tak tersenyum padaku, namun pada sahabatku. Ah..
Aku menunggu hingga Azmi selesai mengobrol dengan bidadari hatinya, kulihat senyum bahagianya masih membekas di wajahnya membuatku semakin tak mengerti ada sesuatu yang berdesir di hatiku, mungkinkah cemburu?

"yuk, malam ini kita bisa makan spesial!" serunya riang sembari menepuk bahuku.
kupastikan gadis tadi akan memberinya sesuatu malam ini,
"udah pacarannya?" tanyaku sedikit tertekan membuat mata Azmi seketika membesar
"hah? siapa yang pacaran? tanyanya kembali jauh lebih heran.
"itu cewek yang tadi siapa? habibatuk naam?" godaku
"hahahahaa, laisa woy, enak aja ane pacaran sama yang kaya gitu, ogah ah.." jawaban Azmi membuat keningku berkerut
"jangan boong deh, ga mungkin cewek secantik itu kamu sia-siain, udah jujur aja ana ga laporin ke ustadz kok.."
"mau laporin juga ane ga takut, Haqqon,bukan cewek ana itu, kalo mau ambil aja.."
"haqqon? eh, emang itu siapa sih? kok kayanya beda gitu sama yang lain, seperti bulan yang bersinar diantara bintang-bintang.."
"naaaahh... ketahuan kan sekarang siapa yang suka sama cewek itu, nte fiq enteee.." teriakan Azmi tepat di kupingku membuatnya berdengung.
"eh siapa yang suka, cuma nanya aja kok dia siapa, salah?"
"sekalian aja tanya dia kok cantik banget, makannya apaa? wkwk.. nte ga liat dia cantik kaya ane? cantiknya dia itu turunan sisa dari ane fiq.."
melihatku kebingungan Azmi kembali menjelaskan, "Hiya Ukhty shogir dodoooll..., tadi tuh dia lagi pamit mau pulang, yaudah sekalian aja ana nitip minta makan malam dari rumah, lumayan kan perbaikan gizi,hahhaha" Azmi nyengir menampakkan 24 giginya yang seperti gerbanng pondok.
"yang bener dia adik ente mi? haqqon? kok bisa ya nte yang ancur gini adenya masyaAllah.."
"udeh ga usah basa-basi lah, adik ane itu namanya Azkiya,adik kelas kita, yang juara Umum kemaren, inget gak? ana sebelumnya juara umum tuh,tapi sejak kedatangannya ke pondok ini ane tersingkir, ga pernah lagi bisa ngalahin nilainya dia, baru-baru ini khotamin hafalan 30 juz,ane aja belom bisa..." dan hatiku melonjak,mendengar dia bukan kekasih Azmi sudah cukup membuatku berbunga-bunga, tak lagi kudengar penjelasan Azmi tentangnya, biarlah hatiku sendiri yang mengindahkan sosoknya, yang kutahu kini aku jatuh cinta, jatuh cinta padanya yang Shalihah,padanya yang MencintaiMu, Rabb.. izinkan aku mencintainya, cinta atas CintaMu..

@@@

Bertahun-tahun sudah perasaan ini kujaga, senantiasa kusirami taman hatiku dengan doa,tasbih dan harapan semoga kelak aku memetik hasilnya yang indah,
kini aku telah mengenal Azkiya lebih dekat, persahabatanku dengan Azmi membuat diriku pun semakin dekat dengan keluarganya, bahkan dengan Azkiya.
pernah aku diajak Azmi menginap di rumahnya saat libur tiba, bisa dibayangkan bagaimana hatiku berdetak tak karuan ketika mendapati Azkiya juga sedang ada dirumah, di sanalah pertama kali Azkiya memperkenalkan diri, meski malu malu, suaranya seketika merasuk hatiku, mengalir bersama darahku, kurasakan suhu tubuhku menghangat saat kulihat senyumnya kini benar-benar untukku, ya..untukku..
Oh cinta, tak pernah kurasakan ini sebelumnya namun aku berjanji kan kujaga cinta ini hingga akhir..
Wisuda kelulusan seminggu lagi, sosok Azkiya kurasakan semakin jauh, bagaimana mungkin aku harus meninggalkan semua ini? akankah taman bunga ini harus layu sebelum berkembang?
ah tidak, aku harus bertindak..
"Azmi, menurut ente, perasaan Azkiya ke ana bagaimana?" tanyaku pada Azmi yang sedang bersiap untuk tidur,
"maksudnya?" tanyanya kembali
"iya maksudnya apa perasaan Azkiya padaku sama dengan perasaanku padanya?" tanyaku penuh harap
"suka maksud nte?" aku mengangguk..
"hm,, ana ga tau pasti ya, tapi coba aja ente tanya sendiri, dia pasti jawab apapun perasaannya,tapi jangan ana yang tanya kalo ana Azki pasti ga mau jawab, eh emang ente bener-bener serius ya?"
kembali aku mengangguk "itu juga kalo nte mau ane jadi ipar ente, wkwkwk"
"sebenernya maaf nih ya fiq, ana ga mau nte jadi ipar ana, ana maunya nte jadi pembokat ane hahahahaha,,yaiyalah mau banget ane kan udah tau gimana ente, cucok lah buat adik kesayangan ane itu, nah sekarang gimana entenya, kalo mau sampein aja deh" ah Azmi mengagetkan aku saja..
"tapi, ana ga berani mi, ana masih kecil banget,belom bisa apa-apa, kalo emang iya paling bisa 6 atau 7 tahun lagi.." kataku menggantung
"berdoa aja deh, tapi kalo emang bener-bener serius jangan lama-lama, keburu diambil orang ente tau kan gimana Azkiya pasti banyak saingan..kalaupun Azkiya mau juga belum tentu bisa,kalo tiba-tiba dia dijodohin duluan sama Abi"
kata-kata Azmi membuatku tak bisa tidur malam ini, semakin aku merenung semakin aku merasa resah, malam begitu panjang kurasakan, kuputuskan untuk keluar kamar untuk berwudhu, aku harus meminta petunjuk pada Allah, bagaimanapun rasa ini datang dariNya maka baiknya pun kupasrahkan padanya..
kutatap rembulan malam ini terang bergantung manja pada langit yang sendu,
di seberang sana sebuah lampu kamar pun kulihat baru saja menyala,satu-satunya kamar yang terang diantara kamar-kamar gelap yang para penghuninya sedang lelap, aku tahu, itu Azkiya, setiap malam di tempat dan waktu yang sama selalu kulihat lampu kamarnya menyala, di saat yang lain sedang tertidur pulas dia justru terjaga, bersimpuh, berdzikir dan bersujud kepada Cintanya,persis seperti Hadits Rasulullah yang jaminannya masuk surga dengan selamat.. Ah.. Azkiya sungguh beruntung aku mencintaimu, kau sosok wanita shalihah, Kriteria wanita anjuran Rasulullah, kau bidadari surga... Dan aku mencintaimu...
Tapi, kembali kata-kata Azmi tadi membuatku lemas, Azkiya, mungkinkah ia mencintaiku? apa aku harus menyampaikan hal ini padanya? apa tidak akan mengganggunya? tapi jika tidak justru ini menggangguku, tapi apa ia menerima? bagaimana jika ia menolak? mungkinkah ia bersedia menungguku beberapa tahun lagi? bagaimana jika ia mencintai orang lain? atau apa mungkin orang lain akan mendahuluiku menjadi yang halal baginya?  hanya Allah yang tahu...

@@@


Mentari pagi ini begitu bersahabat, cukup untuk menghangatkan kaki dan tanganku yang dingin pucat,
ya.. hari ini aku memberanikan diri menyampaikan semuanya pada Azkiya sebelum semuanya terlambat. Azmi menolak membantuku untuk hal ini, maka akupun meminta bantuan Nurul, sahabat Azkiya yang masih ada hubungan kerabat denganku, kuminta padanya agar menyampaikan semua yang kurasakan pada Azkiya, tentang rasaku padanya dan tentang keinginanku mengkhitbahnya kelak jika aku kembali lagi kesini, kuingin dia bersedia menunggu..
Hari begitu hambar terasa, aku baru menyadari menantikan sesuatu membuat segalanya menjadi tak berasa sampai sesuatu yang ditunggu itu datang.
Senja sudah menghilang, masih belum ada kabar dari Nurul, aku mulai cemas, apa yang terjadi pada Azkiya? aku tak dapat menebak.
Ba'da Isya saat aku tak lagi berharap, saat aku pasrah jika memang tak ada jawaban,kudengar seseorang memanggil namaku, Nurul.
"Azkiya nangis.." itu kata Nurul, aku terdiam.
"katanya kak Syafiq perlu istighfar karena sekarang setan sedang bermain-main diantara kita, halus sekali caranya, hanya yang mengingat yang bisa menyadari, dia tak mengenal kak Syafiq maka dari itu dia tak mempunyai perasaan apapun ke kak Syafiq, tidak cinta,tidak suka, tidak juga benci, makannya Azki minta tolong jangan buat dia benci sama kakak karena hal ini.."
kata-kata Nurul seperti hunusan pedang es yang menancap kuat ke tubuhku, perih,sakit dan membuatku beku. tak ada lagi yang dapat kulakukan selain mendengarkan semua yang disampaikan Nurul namun fikiranku menerawang jauh entah kemana.
"kak Syafiq maafin Azkiya ya, udah tenang aja, Azkiya pasti mau nunggu, kalaupun ga mau kan kalo kak Syafiq bener serius Azkiya ga bakal bisa apa-apa, perasaan juga ga bisa ditebak kan, bisa aja nanti Azkiya beneran bales cintanya kakak, kan siapa yang tahu.. asal kak Syafiqnya aja jangan berpaling ke lain hati.. hehe jangan patah hati ya, berdoa aja dan tetep semangat" nasihat Nurul padaku, ah.. andai Nurul tahu saat ini perasaanku tak penting, yang kufikirkan adalah Azkiya, apa yang akan terjadi padanya? benarkah hal ini menyakitinya? aku meneteskan airmatanya.. Tuhan perjuangan Cinta ini begitu berat...
Esoknya aku kembali bertemu Nurul, menyampaikan maaf untuk Azkiya, tapi Nurul menyampaikan sesuatu yang mengejutkanku, Azkiya Sakit.. karena diriku,
"ah..si Azki cemen, ditembak aja sakit gimana sih malu ane sebagai abang" cetus Azmi saat kusampaikan padanya, aku tersenyum getir.
"terus gimana mi? ana udah mau pulang.." tanyaku pada Azmi
"udah ente tenang aja tetep berdoa, ane tunggu 6 tahun lagi.." ujar Azmi membesarkan hatiku.
Wisuda kelulusan pun Usai, setelah pamit pada para pengasuh dan pimpinan pondok aku pun benar-benar meninggalkan pesantren, rumahku,surgaku yang telah memberiku banyak hal beberapa tahun ini yang tak dapat kutemukan lagi ditempat manapun.
Kudekap erat Azmi sahabat terbaikku, "pamit ya mi.."
"sampai ketemu 6 tahun lagi.." bisiknya
"doakan ya.. titip Azkiya..ana pasti datang.." ujarku mantap.
Dan akupun pergi, meniggalkan segalanya, meninggalkan Azkiya yang entah sedang apa, langkah ini begitu berat terasa, namun tetap harus berjalan mengikuti Rezekinya...

@@@

Aku kini melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi negeri di Ibukota,
meski hari-hari kujalani seperti yang lain, tapi tiap detik dan menitnya seperti sedang memburu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun kulewati dengan penuh makna, keyakinan untuk kembali pada seorang yang sedang menunggu tepat saat genap 6 tahun setelah janjiku setahun lalu, aku masih menjaga rasa ini, tersimpan rapat dalam ruang terindah di hatiku, tak banyak yang tahu namun taman bunga dihatiku masih tetap subur dengan daun-daun doa dan ranting harapan serta siraman cintaNya.
Sebuah pesan baru kulihat tertera di Inbox message ku, nama pengirimnya tertulis jelas, Azmi
"Assalamu'alaikum,,Fiq..maaf ana ga bisa jaga Azkiya dengan baik buat kamu.."
kata-katanya menggantung, aku tak mengerti apa yang dimaksud Azmi, aku segera menghubungi Azmi meminta kejelasan tentang sms dia ini,
"Azkiya, akan walimah 3 bulan lagi.."
Lemas, Aku lemas, aku tak merasakan nyawaku berada dalam tubuhku, aku benar-benar lunglai, banyak hal yang disampaikan Azmi namun hanya kalimat itu yang dapat jelas kudengar dan menghantamku keras hingga beberapa menit,jam dan hari berikutnya.
Azkiya benar-benar tak mencintaiku?
Azkiya benar-benar tak bersedia menanti kehadiranku..?
Azkiya..Azkiya sebentar lagi hanya akan menjadi masa lalu yang selamanya tak dapat menjadi masa depan bagiku..?
Semarah itukah Azkiya padaku hingga ia menyakitiku seperti ini?
Azkiya yang selama ini hidup dalam mimpi,angan dan harapanku, benarkah tak akan menjadi nyata?
Apa yang salah dengan cintaku? Apa memang Azkiya bukan tulang rusukku?
Azkiya..tahukah kau betapa kucintaimu? cinta yang selama ini tumbuh subur, begitu tega kau menyemprotkan racun hingga membuat semuanya layu..
Azkiya, semoga kau Bahagia, aku akan bahagia jika kau pun bahagia, cintaku padamu biarlah sebatas rasa yang tertinggal, rasa yang tak terbalas, rasa yang tak pernah bisa bersatu dengan harap.
cintaku padamu biarlah tetap ada, tetap tumbuh dihatiku, biarlah hanya aku dan Allah yang tahu, cinta yang kubiarkan tetap tumbuh tanpa harapan untuk memilikimu..
meski aku tak begitu yakin bisakah taman bunga tumbuh subur dan bermekaran tanpa memiliki ranting..?









Hanya Allah yang Tahu......

*keterangan:
habibatuk naam : cewek kamu ya?
Laisa : Bukan
Haqqon : benar,sungguh
Hiya Ukhty shogir: dia Adikku
abi: ayahku

nantikan kelanjutan kisahnya di Kidung Rindu 4 :)
kritik dan saran leave a comment please :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar